Ibukota Jawa Tengah yaitu Semarang ternyata menyimpan banyak cerita yang sudah dipercaya masyarakat namun sebenarnya tidak benar. Beberapa diantaranya bahkan berkaitan dengan ciri khas dari kota tempat Lawang Sewu berada tersebut. Mungkin bagi Anda penghuni tetap di sana pun kurang mengetahui tentang hal-hal tersebut, oleh sebab itu ada baiknya dibahas bersama.
Enam Kebohongan tentang Semarang yang Sudah Dipercaya Masyarakat
Melansir dari mojok.co, bahwa kota Semarang ini selain menyimpan banyak budaya dan peninggalan bersejarah ternyata juga mempunyai fakta mengejutkan tentang kebenaran ceritanya. Tidak hanya satu ternyata ada enam kebohongan, parahnya sudah terlanjur melekat serta dipercaya masyarakatnya. Berikut akan dibahas satu per satu cerita dan kebenarannya seperti apa.
1. Merupakan Daerah Pesisir yang Indah dan Terawat

Kota Semarang memang merupakan daerah pesisir, banyak pendapat hingga foto yang menampilkan keadaan tempat wisata pantai yang menakjubkan. Namun sayang ternyata aslinya tidak seperti itu, karena kebanyakan pantai-pantai di Semarang sangat kotor banyak bertaburan sampah sehingga merusak pemandangan indah sebuah wisata bahari.
Dari Pantai Marina hingga Pantai-pantai lainnya, memang dijadikan sebagai tempat wisata alternatif warga lokal hingga luar kota namun ternyata tidak sesuai harapan mereka. Oleh sebab itu poin pertama ini masuk ke dalam kebenaran dibalut kebohongan tentang kota Semarang yang sangat disayangkan sebagai ibukota Jawa Tengah.
2. Memiliki Biaya Hidup yang Mahal Mengingat Ibukota Jawa Tengah

Semenjak tinggal di Semarang kurang lebih hampir 5 tahun, hal tersebut bisa dikatakan bohong. Mungkin bisa dibenarkan ketika membandingkan dengan kota sebelah yaitu Solo, namun UMR kedua kota tersebut saja berbeda sehingga tidak layak untuk dijadikan perbandingan. Melansir dari mojok.co, Semarang masuk ke dalam daftar kota dengan biaya hidup mahal.
Tetapi memang ada wilayah tertentu yang terkenal dengan kawasan elit yaitu Pemuda dan Pandanaran, jika memasuki Ngaliyan, Mijen, Genuk, Pedurungan, dan sekitarnya tidak semahal di kedua sebelumnya. Oleh sebab itu biaya hidup mahal di Semarang masih bisa dikatakan salah melihat tidak semua wilayahnya mempunyai perputaran uang cepat.
3. Wingko Babat sudah Sejak Lama diklaim sebagai Oleh-oleh khas Semarang

Siapa yang tak mengenal wingko babat, makanan ringan dengan rasa manis terbuat dari kelapa dengan aneka rasa diklaim seluruh masyarakat Indonesia sebagai oleh-oleh khas Semarang. Melansir dari mojok.com, awal mula terbentuknya produk buah tangan tersebut adalah ada seorang perantau dari Babat Lamongan mulai memproduksi wingko.
Lalu dirinya memasarkannya di Stasiun Tawang Semarang, sejak saat itulah setiap masyarakat Indonesia menyebutkan wingko babat khas Semarang. Ada kesalahan sejarah disini karena menurut mojok.com, sesuai namanya makanan tersebut seharusnya khas Babat Lamongan, namun diproduksi dan dipasarkan pertama di Semarang sehingga menjadi oleh-oleh khas dari sana.
4. Johar diklaim sebagai Pasar Terbesar se-Asia Tenggara

Masih melansir mojok.co, bahwa Pasar Johar mulai didirikan pada tahun 1930-an dan tahun 1980-an mulai dikenal saat kota Semarang menjadi hub perdagangan di Pulau Jawa. Aktivitas padat yang terjadi di pasar tersebut setelah mempunyai nama, membuat jangkauan wilayah dari para pedagang berasal dari berbagai macam etnik.
Hal tersebut pada akhirnya membuat pedagang asli Kota Semarang mengklaim bahwa pasar Johar adalah pasar terbesar di Asia Tenggara. Padahal jika membicarakan pasar terbesar, masih ada Pasar Beringharjo, Tanah Abang, Klewet hingga Apung. Klaimnya tersebut bertujuan guna mempengaruhi orang-orang dari daerah lainnya ikut transaksi ekonomi disana.
5. Kota Terbersih se-Asia Tenggara yang Terdengar like a Something Wrong

Selama 5 tahun tinggal di Semarang baru tahu bahwa ternyata ibukota Jawa Tengah tersebut mendapatkan predikat Kota Terbersih se-Asia Tenggara dari ASEAN Clean Tourist City tahun 2020-2022. I think that something wrong, karena selama berlalu lalang di Semarang tidak pernah melihat sudut tempat terlihat bersih.
Melihat juga dari penjelasan di poin pertama, dimana wisata pantainya saja dipenuhi banyak sampah sehingga membuat pendatang terganggu. Oleh sebab itu Iya Deh setuju dengan mojok.co yang mengatakan bahwa predikat tersebut terasa tidak benar.
6. Kota Ramah Pejalan Kaki

Mungkin predikat tersebut bisa diberikan untuk wilayah Kota Lama yang memang pedestriannya terlihat rapi serta dikhususkan bagi pejalan kaki. Namun untuk wilayah lain sepertinya masih belum bisa dikatakan sebagai hal tersebut, karena memang fasilitas diperbaiki namun ternyata tidak banyak masyarakat berjalan kaki disana.
Terlepas dari segala penjelasan di atas, namanya kota pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan. Namun kebohongan harus dikupas agar bisa diluruskan.